Senin, 17 Desember 2007

SEBUAH PERJALANAN

18 Desember 2007

Cerita dibawah ini mungkin biasa bagi teman teman sering berada di jalan, tapi bagi saya yang tiap hari berkantor di dekat rumah adalah sebuah perjalanan yang mengesankan.

Pagi ini saya bertekad untuk tidak membawa mobil sendiri dan coba menggunakan transportasi umum. Selain takut macet, mungkin bisa lebih murah dan lebih praktis karena tidak perlu cari tempat parkir yang selalu penuh.

Diantar oleh salah seorang pegawai saya dengan motor ke tempat naik omprengan. Dan itulah awal penderitaan pagi ini. Mobil daihatsu yang kecil diisi dengan 12 orang penumpang termasuk supir. Saya duduk di belakang berdesakkan dengan 5 penumpang lainnya. udara pengap karena ac tidak dinyalakan. Entah mau mengirit bahan bakar, atau ACnya memang sudah tidak berfungsi. Perjalanan ke Sudirman terasa panjang dan tidak menyenangkan. Bis besar yang melawati selalu menyemprotkan asap hitam ke dalam mobil kami melalui jendela yang terbuka. Semua menutup hidung agar tidak menghirup racun dari emisi tidak sempurna dari kenalpot bis itu.

Sampai juga akhirnya di Sudirman. Rapat dengan Bos dari Cina berjalan lancar. Jam 12 tepat keluar dari BRI dan melanjutkan perjalanan ke Mangga Dua Mall dengan Busway disambung mikrolet.

Waktu menunjukkan jam 16.30 waktu saya meninggalkan Mangga Dua Mall. Kendaraan pertama yang harus saya naiki adalah mikrolet jurusan Mangga Dua ke stasion kota untuk melanjutkan dengan busway. Namun supir dari mikrolet yang saya naiki sungguh ceroboh. Musik dalam mobil distel sampai poll. Sambil bawa mobil, ia berjingkrat jingkrat. Dengan kecepatan tinggi, ia menyalip ke kanan dan ke kiri. Akhirnya ia terpaksa berhenti juga karena macet. Macet yang cukup parah membuat dia kelihatan gelisah dan sempat meninggalkan mobil untuk melihat kendaraan di depan.

Waktu bertemu dengan putaran balik. Ia memutar balik mobilnya arah balik ke Mangga Dua Mall. Semua penumpang jadi bingung. Ternyata supir ini punya ide yang licik. Mobil yang sekarang mengarah ke Mangga Dua di jalankan mundur. Kebetulan memang jalan diseberang itu tidak macet. Sehingga ia bisa memundurkan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Ia sempat bertanya kepada keneknya.." Ada polisi ?" Keneknya bilang "Ada tuh..di lampu merah"

Dan saat itu juga kendaraan distopnya dan dia berteriak, "ayo .. turun.. sudah sampai..". Kontan semua penumpang mengomel, karena sebenarnya jarak ke stasion Kota, tempat naik busway masih jauh, sementara uang sudah ditagih terlebih dahulu oleh keneknya. Sambil mengumpat, satu persatu mulai turun dari mobil, lalu beramai ramai berjalan dibawah terik matahari sore dan debu debu jalanan.

Menjelang terminal busway kota, saya melihat orang banyak memasuki stasion kota. Saya sering melewati station kota, namun belum pernah masuk ke dalam. Tiba tiba jadi pengen lihat seperti apa sih station kereta itu.. (norak yach ?).

Waktu saya masuk ke stasion, saya melihat orang orang sedang mengantri tiket di depan loket. Dan salah satu loket bertulisan KOTA - BEKASI. Tanpa pikir panjang, saya langsung ikut antri beli tiket. Sepuluh ribu rupiah.. lumayan mahal. Pada tiket tertulis, Kereta Api Express Kota - Bekasi. Sayapun ikut ramai ramai masuk ke peron menunggu kereta.

Saya baru memperhatikan bahwa orang yang ada di dalam peron ramai sekali. Seperti lautan manusia layaknya. Ada yang sendiri, ada yang sekeluarga, ada yang memikul sekarung barang, ada juga yang lenggang kankung seperti saya.

Dan dari sana ada kereta yang menuju Tangerang, ada yang menuju Serpong. Dan yang menuju Bekasi ternyata baru berangkat. Saya lalu betemu dengan seorang pemuda yang kelihatan cukup berpengalaman dalam perkereta-apian dan hampir setiap hari naik kereta Api jurusan Beos - Bekasi. Ia memberikan beberapa tips naik kereta, pertama tentunya harus jaga dompet dengan hati hati. Naik ke gerbong kereta api juga harus hati hati. Jangan salah naik ke lokomotifnya.. (emang lokomotif ada pintunya ?)

Tak lama kemudian kereta api jurusan Bekasipun tiba, kamipun berdesak desakan naik ke gerbong kereta api. Tapi karena kurang gesit, saya tidak mendapat tempat duduk, jadinya berdiri bersandar dekat pintu masuk.

Dan tak lama kemudian kereta mulai jalan perlahan lahan meninggalkan stasion Beos Kota.

Saya mulai memperhatikan bahwa gerbong kereta api ini termasuk bersih dan nyaman. Tempat duduk empuk bersandar di pinggir kanan dan kiri. AC cukup dingin dan suasana tidak kalah nyaman dibandingkan dengan Busway. Remang remang saya melihat keluar jendela, tampak mobil lalu lalang di kemacetan jalan raya. Tak lama kemudian saya melihat restoran Ice Cream Ragusa di veteran. Lalu Monas terlihat jelas menjulang. Goncangan kerena yang khas membuat saya jadi melamun. Tiba tiba saya dikejutkan oleh munculkan seorang yang bertopi dan berserangam coklat muda dengan pembolong kertas di tangannya. "Kondektur " pikir saya. Sejenak saya agak panik mencari tiket saya. Terbayang film kartun dimana Donald Bebek ditendang keluar dari kereta api karena tidak memiliki tiket. Untung tiket ketemu di dalam kantung baju saya.

Waktu sang kondektur yang berkumis lebat mendekati pemuda yang berdiri di depan saya, pemuda itu tidak menyerahkan tiket, ia menyelipkan selembar uang lima ribu rupiah ke tangan sang kondektur, dan .. diterima. Oh.. Indonesiaku, saya baru saja menyaksikan langsung korupsi kecil kecilan di Perum kereta api. Hal hal seperti inilah yang menyebabkan Perum Kereta Api merugi. Haruskah saya melapor ke KPK ?

Empat puluh menit kemudian, saya sudah sampai di Kranji. Lalu saya naik Mikrolet no 19 menuju ke Caman. Tanpa sebab saya berjalan dari caman sampai ke pintu Tol sepanjang 2 Km lebih. Akhirnya menyerah juga dan naik ojek ke rumah. Muka dan seluruh badan terasa penuh dengan debu dan keringat, namun terasa agak segar terkena tiupan angin malam.

Akhinya ojek berhenti di depan pagar rumahku.. Home sweet home menantiku. Saya sudah membayangkan mandi air hangat dan makanan malam terhidang di meja makan. Saya teringat bahwa perjalanan kita ke Surga juga penuh dengan kesulitan dan masalah, namun jangan menyerah, we are almost home. Dan Yesus sudah menyediakan rumah yang indah bagi kita. Sekali lagi.. home sweet home. Itulah rumah kita di Surga.

What a day. Perjalanan yang sangat mengesankan. Besok kalau saya harus keluar rumah. Saya akan... naik mobil aja ah. Cape deh..!!!

Suasana di stasion Beos, Kota


Suasana dalam kereta Api

5 komentar:

Anonim mengatakan...

beli helikopter aja... lebih enak naiknya dan anti macet dan so pasti lebih cepat sampainya di tujuan... hehehe...

Anonim mengatakan...

ini sih judulnya paijo masuk kota- ndeso

Anonim mengatakan...

Salut buat Edy Nurhan,
pengalaman yang menarik dan bisa dicoba oleh yang lainnya.

Anonim mengatakan...

Emang bener2 Ko Edy ini orang kota masuk kampung...alias gak pernah hidup susah sih. Naik angkotan umum aja dibahas :-)
Surprise yah Indonesia korupsi hehehe.

btw, yang Anonim jentel dong tunjukan dirimu, main komentar aja heheheh

Anonim mengatakan...

MANTEEPS ko.. 4 jempol buat koko he.he..udah brp thn di indo koq baru lihat korupsi kecil2an he.he (liatnya korupsi gede2an mlulu ya he .he)

kapan2 mt2 rame2 naik KA jurusan Jakarta-Bekasi sambil nyanyi "aduh senangnya naik kereta, kereta besar buatan Tuhan, supirnya Yesus jalannya lurus siapa mau ikut menuju kesurga"..(supaya semakin rindu ke surga nya :):)..