Kamis, 28 Februari 2008

MAMAMIA DI PA

09 Februari 2008

Bpk Herry Kurniawan beraksi dengan membuat suasana Mamamia Rohani di acara PA MT Haryono II di sore hari setelah perayaan imlek. Beberapa orang penyanyi rohani di minta untuk memberikan pelayanan terbaik dengan membawakan lagu rohani dengan penuh penghayatan. Tak tanggung, setiap penyanyi didampingi oleh seorang manager yang berfungsi menyakinkan para komentator dan juri votelock untuk memberikan nilai lebih kepada asuhan mereka.

Pasangan yang beraksi adalah : Jesica dengan manangernya Ronny, Conny dengan managernya Ancella, Melati dengan managernya Refi, Jesica dengan manager Lulu, Edwin dengan managernya Donsius.

Ronny dengan semangat mempromosikan Jesica, yang tidak lain adalah juga kekasihnya, tentu saja orang tidak dengan mudah percaya, namun suara Jesica yang khas gadis tapanuli sejati memang patut diperhitungkan. Ia bahkan berdoa sebelum bernyanyi, tentu mendapat extra point dari para juri.

Conny yang tampil innocent dengan gaya kekanak kanakan, berhasil mencuri simpati dari juri. Ancella yang juga teman sekamarnya berhasil "menjual" sisi rohani dari gadis mungil yang baru saja diterima kerja di salah satu perusahaan asing.

Melati tampil kurang percaya diri. Gadis manis yang suka bernyanyi ini tampak malu malu. Namun kwalitas suaranya patut diperhitungkan. Refi sebagai managernya, tampak berapi api.

Edwin sebagai satu satunya cowo dalam parade lagu rohani berhadiah ini, tentu mendapatkan satu keuntungan tersendiri. Suaranya yang bass sungguh menggugah. Sayang tampil kurang siap.

Jesica Takaria, peserta paling kecil tampil dengan suara khasnya berhasil memikat banyak orang. Ibu Lulu, mama dan merangkap manajernya, berhasil menyakinkan para juri votelock untuk memilih anaknya yang memang sangat berbakat. Rupanya ibu Lulu sudah menawarkan angpao bagi juri yang bersedia memberikan suara kepada anaknya.

Maka, keempat juri - Johan Tirta, Edy Nurhan, Alfred Ander, Abed sepakat bahwa semua penyanyi pantas di acungkan jari. Tidak saja karena suara yang merdu, tetapi juga karena ketulusan dalam memuji Tuhan

Hasilnya ? dapat diduga, Jesica Takaria keluar dengan nilai terbanyak. Dan semua peserta mendapatkan angpao dari Pak Herry selalu produser acara ini.

Inilah foto foto dari acara tersebut

PENYERAHAN HADIAH KEPADA PARA PEMENANG







pembacaan janji Pemuda Advent oleh Peter Kurniawan (Andrew ??)



Para peserta Perlombaan dengan managernya


Inilah para Juri Votelock yang diduga telah disogok dengan angpao oleh salah satu peserta


Para komentator khusus untuk suara, penampilan, pakaian dan kerohanian


Menang kalah tidak jadi masalah.. yang penting dapat angpoa

Rabu, 27 Februari 2008

Memori PA Senior 1998-2002 (Bagian II)

Reporter : Ria Pandoh

Dirumah Ko Edy sesudah OR minggu pagi

PA jalan ke Bandung nginap di mess sdr.Sonata ex Ketua PA MTII

PA kita semakin kompak setiap Sabat ada saja acara yang menarik kami sajikan. Dan dihitung-hitung ternyata setiap acara PA sepertinya sedikit skali kita berada di dalam gereja. Selalu banyak kegiatan keluar. Apakah itu pertukaran mimbar acara PA kita dengan PA jemaat lain seperti kalau saya masih ingat PA Taman Harapan, Salemba, Kayu Putih, Pulo Mas, Gandaria, Bhayangkari, Ciracas, Makarios, Taman Sari Mount Moriah, Mount Carmel. Kalau tidak begitu kita PA di alam seperti di Bumi Perkemahan Cibubur samping danau, Ancol pinggir pantai, Bendungan Jatiluhur, Taman kosong di Sentul kira-kira dimana ada tanah kosong kita bisa bikin acara pasti kita kesitu (asal luas dan...gratis).



PLTA Bendungan Jatiluhur

Pantai Ancol


Dengan bermodalkan pementasan drama yang producernya (lagi-lagi) Ko Edy Nurhan yang judulnya "Pemuda dan Pengadilan Surga" dengan melibatkan beberapa artis PA kita seperti pemeran utamanya Lina Sinaga yang skarang jadi Ny.Iskandar. Pemain lain seperti Bambang Tiono, Tommy Iskandar, Michael Jacob, Edwin Samiadji, Dammy Tatengkeng, Aman Riswandi, Edwin Raintama, Enny Sarijowan, Rima Kumaat, Ria Pandoh, Kak Agnes, Hesty Paliama. Itu adalah suguhan spesial dari PA kita disetiap jemaat yg kita kunjungi. Berulang-ulang di mainkan sampai kita bosan tapi seru karna respons dari penonton baik. oh ya satu lagi, salah satu judul lagu group PA kita "Majesty" yang serig kita nyanyikan disaat "manggung" di mimbar gereja2 lain.

Acara Hari Tamu- I di MTII


Kalau acara outdoor saat weekend atau kalau ada tanggal merah/liburan pajang kita sering nginap di Vila Kapenrey atau camping di Lido, Sawangan dan lain-lain saya lupa. Yang tak kalah mengesankan waktu kita nginap di Cottege di pantai Carita.



PA dan Komite itu adalah Dwi Tunggal, kita didukung abiz (bahasa kerennya) atau full support (bahasa formalnya) oleh Komite karena sebagian anggota PA ada didalam komite tsb (no wonder yah?) jadi apa saja unek-unek kita kurang lebih disambut baik oleh komite dan akhirnya jemaat juga merespons dengan ikut serta dalam setiap kegiatan PA kita. Karena kita merasa diperhatikan makanya kita juga support kegiatan Jemaat seperti KKR gabungan MT.II dan Makarios di puncak Hotel Setia banyak yang dibabtis salahsatunya anggota PA kita Handoko (dulu pacar Joice Tengker skarang jadi suami).



KKR MT.II & Makarios di puncak Hotel Setia 22 April 2000

Itu dulu yang kira-kira bisa dituangkan dalam tulisan ini. Nanti kalau ingat lagi akan di laporkan lagi. Hanya foto-foto saja yang bisa menghibur lipur lara keriunduan saya pada masalalu, masa jaya PA kita dulu. PRAISE THE LORD.



Vila Kapenrey Puncak

Senin, 25 Februari 2008

Slamat Jalan Papa/Opa tercinta

Reporter : Ria Pandoh



Pada bulan September 2006 papa kami (Frans Pandoh) jatuh sakit di rumah Seretan, Tondano dan di bawa ke RS.Tondano, tapi karena alat2 medis tidak memadai akhirnya oleh dokter dirujuk ke RSU.Prof.Dr.Kandou di Malalayang Manado. Papa melewati proses pengobatan dengan obat2an, suntikan, test darah, endoskopi serta puasa karena papa mengidap penyakit maag akut dan karena mengeluarkan banyak cairan darah dalam tubuhnya sehingga harus sering di transfuse. Proses pengobatan yang sangat menyakitkan sampai bobot badanya turun drastic. Tapi akhirnya papa bisa sembuh juga dan pulang kerumah lalu kita ajak ke Jakarta untuk istirahat & pemulihan kesehatan. Di Jakarta kondisi papa semakin pulih kesehatannya karena support dari anak-anak dan juga cucu yang lucu-lucu yang membuat papa sangat terhibur. Kemudian papa minta pulang Manado pada bulan Februari 2007 waktu itu musibah banjir besar di Jakarta Tahun lalu.

Setelah tenggang 3 bulan kabarnya baik-baik saja tiba-tiba penyakit papa kambuh lagi dibulan Juni 2007 masuk RSU.Kandou Malalayang lagi hampir 3 minggu dan dengan pengobatan yang sama sebelumnya. Lalu kita dapat saran dari teman2 gereja untuk ikut Therapy NEW START di Malang oleh bantuan Ci Eeng kita dapat no tlp. Ibu Syane Loho. Kebetulan ibu Syane dan Pak Didi Waworuntu lagi di Mnado, jadi mereka kunjungi papa di RS lihat keadaan dan menganjurkan untuk segera ke Malang. Dengan kondisi yang masih parah tidak ada perubahan selama di RS malah kondisi semakin menurun papa dan mama akhir bulan Juni pergi ke Malang untuk Therapy paket 10hr. Sangat mengaggumkan, papa akhirnya bisa sembuh total dan jadi gemuk lagi. Akhirnya papa bisa pulang dan papa singgah ke Jakarta, dirumah anak2 istirahat bermain bersama cucu2 dirumah. Dan papa minta pulang Mnado sektiar pertengahan bulan Agustus 2007.

Kemudian bulan Decembernya kita dengar berita lagi kalau papa jatuh dirumah Ranotana Mnado. Kata mama, papa jalan setengah lari tanpa terkontrol dan menabrak pintu sampai berdarah bagian mata dan pelipis. Dan ternyata itu sudah berulang2 kali. Entah karena papa banyak pikiran atau apa memang penyakitnya kita tidak tahu. Akhir December kondisi papa mulai lemah, berjalan harus di papah dan bicara lambat dan agak salah bicara. Akhirnya karna kondisi yang sangat tidak mengkhawatirkan papa di bawa ke RS.Advent Teling Mnado pada tgl 2 Jan. 2008. Selama 10 hari dirawat hasil pemeriksaan dokter semua normal, bukan karena penyakit papa yang sebelumnya yaitu maag akut tapi menurut dokter papa menderita sakit psikis mungkin banyak pikiran akhirnya papa bisa keluar RS tgl 11 Jan hari papa diperbolehkan keluar karna tidak didapati penyakit tertentu tapi dirujuk ke Psikiater.

Selama di rumah papa bisa istirahat dengan baik kondisi membaik, sudah bisa makan minum tapi berjalan masih lemah harus dipapah. Kita anak2 hampir tiap hari mengecek kondisi papa lewat telpon kira2 tanggal 17 Jan mama bilang papa mulai kambuh maag akutnya keluar cairan darah lagi dan minta saya hubungi ibu Syane Loho untuk minta informasi jus therapy waktu papa di Malang. Papa menjalaninya hampir satu minggu tapi akhirnya membaik tapi sayangnya papa tambah lemah badannya tidak bisa duduk tapi tiduran terus sampai tidak bisa bicara lagi dan menelan makanan lagi sampai akhirnya dibawa lagi ke RSU.Malalayang pada tanggal Senin 28 Jan.

Kita anak2 (Saya, Gladys, Olly Banjarmasin) ditelpon oleh tante adik papa di Amerika harus pulang dan besoknya selasa 29 Jan cari tiket pulang Mnado dapat flight sore sampai Mando jam 1 malam langsung ke RSU dan ternyata kita lihat papa sudah tidak sadar/koma di ruang IMC (Intensive Medical Center) bukan ICU. Sangat kaget lihat papa sudah dalam keadaan seperti itu. Kita berulang2 berdoa pada Tuhan kalau bisa ijinkan papa bisa sembuh. Rabu pagi 30 Jan papa diurapi/diminyaki oleh Pdt.Yani Legoh bersama Pdtm.Supit. Kami saling memaafkan satu sama lain keluarga dekat mama-kakak-adik-om-tante yg ada disitu. Selama 3 hari keluarga sudah banyak menjenguk dan berdoa untuk papa, kami kakak-beradik saling bergantian menjaga papa, tidur hanya sebentar2 di RS dan di rumah Ranotana. Selalu menangis karena sedih papa sudah sangat menderita kita tidak tega melihatnya.

Jumat 1 Feb. pagi Saya, kakak Olly dan moody pulang ke rumah Ranotana tinggal Gladys dan mama jaga papa di RS. Untuk istirahat. Setelah istirahat jam 3 sore kita bertiga balik ke RS dan Gladys/Moody gantian ke rumah Ranotana. Sampai di RS. Kita lihat dokter mulai bolak balik tensi papa ternyata sudah sering naik/turun pertanda tidak baik. Jadi selama jam 3 sore itu kami berdoa berdiri disamping papa bergantian, menyanyikan lagu2 rohani, lagu sion secara bergantian skali2 membisikan kata2 menguatkan ditelinga papa. Dan kita tlpon Pdt.Bryan Sumendap untuk doa penyerahan karena papa sudah masa kritis tensi papa semakin lama semakin turun. Pdt. Datang tepat pada waktunya. Untuk berdoa menguatkan papa dan kita keluarga yang disitu.

Ada yg mau saksikan disini di saat masa kritis papa. Saya berdiri disamping kanan papa, saya pegang terus tangan papa untuk merabah nadi karna saya mau merasakan denyut nadinya kira2 apa yang akan terjadi nanti kalau denyut nadi berhenti, saya tidak tahu. Bayangkan dari jam 3 sore itu sampe jam 8.30 malam kami bernyanyi terus menerus tidak berhenti walau kaki sudah pegal karna berdiri, dan suara parau dan mulai melemah.

Salasatu dokter yang tensi papa bilang “ibu jangan berhenti menyanyi karna kalau dengar ibu2 menyanyi tensi bapak naik” wah ajaib, hingga sekitar 8.30 tensi papa normal. Mungkin sudah capek energi terkuras berdiri/bernyanyi /berdoa saya tiba2 merasa sangat lapar lalu mengajak kakak moody dan ada om,tante adik papa beserta ponakan2 lain cari makan di kantin2 dekat RS. Yang tinggal menjaga papa hanya mama, Olly, Gladys dan tante adik mama terus menyanyi disamping papa. Saat kita keluar karena sudah malam hampir jam 9 sepertinya sudah banyak restoran yang tutup. Entah kenapa om saya adik papa ada ide untuk cari restoran yang jauh jalanya harus turun kebawah dan dia sangat2 ngotot mau kesana katanya enak. Kita jalan kesana yang akhirnya restoran yang om tunjuk ternyata tutup dan cari lagi terus kebawah sampai tiba ke jalan raya, padahal dari RS ke jalan raya itu sangat jauh tapi karena lapar dan karna hormat sama om kita ikut saja.

Saya makan serasa tidak enak karena sudah malam makanan sisa2 saja dan saya merasa ada sesuatu yang tidak enak selagi perjalanan mencari restoran yg buka dan sambil makan. Sementara menikmati makanan tiba2 kakak moody dapat tlpon di hpnya, saya langsung lihat mimic mukanya berubah dan disusul tlpon bunyi di hp tante begitu juga mukanya jadi lain dan dua2 nya bilang ayo bayar skarang kita balik.

Langsung saja saya spontan berdiri dan berlari sekencang2nya menaiki jalanan ke RS yang gelap dan rusak saya sudah tidak pikir lagi mau jatuh, saya disusul oleh sepupu laki2 saya berlari juga takut saya apa2. Saya sudah feeling papa sudah kritis dan sudah mau “pergi “ makanya saya berlari secepatnya biar bisa sempat lihat papa terakhir kalinya dan mau ucapin slamat jalan. Saya karna lari tidak mikir lagi ternyata saya nyasar karna RS nya sangat luas, dan sangat jauh ke ruangan IMC untung ada sepupu diblakang teriak tunjuk arah yg benar. Tiba di ruang IMC (Intensive Medical Center) lihat papa sudah tidak ada nafas lagi lalu saya lemas lunglai mau pingsan lalu digotong mama dan kakak2 kami semua menangis dan saling berpelukan. Papa menghembuskan nafas terakhir pada jam 20.55 WITA atau 19.55 WIB hari Jumat 1 Feb.2008.

Yang saya sangat sesalkan kenapa saya harus ajak saudara2 cari makan diluar tempatnya jauh skali sampe tidak sempat pulang dengan cepat lihat papa. Saya mempersalahkan om saya kenapa menunjuk restoran yang jauh. Tapi kata mama mungkin ada maksud Tuhan kenapa saya dan kakak moody harus dijauhkan dari papa saat papa pergi, mungkin saya dan kakak tidak rela dan tidak kuat menangisi papa sehingga papa juga tidak tega dan rela untuk pergi saat mendengar kami ada disitu karna mungkin Moody masih single dan saya yang paling bungsu. Tapi lebih dari itu hanya Tuhan yang tahu. Tuhan bisa melihat kemampuan setiap orang untuk melihat hal2 yang terberat. Saya yakin Tuhan sudah mampukan kami anak2 dan terlebih papa untuk melewati semua penderitaan hidup didunia ini sampai menghebuskan nafasnya yang terakhir. Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan.

Selama proses menjaga papa di RS sampai penguburan dan pulang ke Jakarta lagi saya pribadi banyak skali dikuatkan iman dan bertambah pengalaman rohani karna jawaban Tuhan setiap saat tepat pada waktunya. Puji Tuhan.

Jenazah Papa dibawa ke rumah kami di Ranotana Manado malamnya untuk acara pelepasan dari GMAHK jemaat Ranotana dan Kolom X GMIM Bethesda tetangga rumah kami di Ranotana hari Sabat 2 Feb. Khotbah pelepasan di Ranotana oleh Pdt.Bryan Sumendap (Pendeta Jemaat Ranotana). Setelah itu jam 3 sore papa dibawa ke kampung kami Desa Seretan, Tondano Minahasa untuk dikebumikan pada hari Minggu 3 Feb.2008 khotbah pelepasan oleh Pdt.Senewe Ketua Konfrens Minahasa Utara.
Sabat di gereja MT.HaryonoII - 2006

Sampai bertemu lagi saat Maranatha
Dari kami anak/cucu: Olly (Suami-Warny; Cucu-Cheryl,Andrea; Gladys (Suami-Rizal; Cucu:Raissa,Rodney), Moody, Ria (Suami-Bambang; Cucu:Juan,Jose)