Jumat, 04 April 2008

Panti Asuhan Pniel

6 april 2008

Hari minggu ini bisa jadi minggu tersibuk sepanjang tahun ini. Diawali dengan siaran radio Heartline di Karawaci bersama Asrin dan Pitlin, menggantikan Dewi sebagai host. Pagi pagi jam 05.00 sudah bangun dan siap siap berangkat. Pagi ini sarapan nasi goreng dengan sayur lengkap dan ditambah 1 buah apel dan 1 buah pear.

“kok berat amat makan paginya ?” Asrin menggelengkan kepalanya. Sebagai pemerhati kesehatan, ia berhak keberatan atas menu sarapan saya. Namun ia baru mengangguk setelah saya menjelaskan bahwa menu pagi ini sudah termasuk untuk donor darah jam 09.00 nanti, rapat Majelis jam 10.00 dan kepanti Asuhan jam 13.00

Tidak ada yang istimewa yang perlu dilaporkan dari acara sedot darah yang rutin diadakan oleh Chisa. Darah saya masih tetap AB, makanan habis donor masih tetap indomie dengan telur rebus dan susu manis.

Selesai majelis, rombongan dengan 14 mobil bergerak ke panti asuhan PNIEL di bilangan Bintaro. Kali ini Ayun yang menjadi Musa oleh karena ternyata panti asuhan itu sangat dekat dengan rumahnya. Rombonganpun keluar dari pintu tol Pondok Aren dan mengambil u turn dan masuk ke sebuah jalan kecil. Akhirnya sampailah kami ke panti Asuhan dan rumah jompo pniel.

Panti Asuhan ini menempati gedung yang cukup luas. Ada dua tingkat rumah dengan kamar kamar yang menghadap ruang kosong ditengah. Ada sekitar 40 orang tua yang mendiami tempat ini. Konon mereka terpaksa pindah karena panti jompo mereka di kawasan pasar baru digusur. Walaupun mereka menang di pengadilan sampai tingkat Kasasi, namun ternyata nasib malang membuat mereka terpaksa mengungsi.

Disana juga tinggal sekitar 30 anak anak remaja yang mayoritas adalah dari suku Ambon. Ibu Stin – pengasuh anak anak itu ternyata masih saudara sepupu dengan Hesti Paliama. Dan beliau juga satu kampong halaman dengan pendeta J.E. Sahetapy – ketua kita. Anak anak malang ini rata rata kehilangan orang tuanya karena peristiwa kerusuhan di Ambon.

Setelah anak anak remaja kita membawakan 2 musik special, anak anak yatim piatu dari Pniel membalas dengan lagu lagu yang dibawakan dengan sangat bagus sekali. Satu lagu yang berjudul SATU TETES AIR SUSU IBU, sempat membuat terharu hadirin. Banyak yang meneteskan air mata, membayangkan anak anak malang yang tidak lagi dapat merasakan kasih saying orang tua mereka.


Setelah membagikan tanda mata, maka rombongan pun berlalu satu persatu menuju rumah masing masing.

Sampai juga ke PNIEL



Ensemble lengkap ... Andalan MT Haryono II. mendapat sambutan sangat meriah.



Anak anak Yatim piatu menyanyi dengan sangat merdu di bawah Ibu Stin


Pdt K. Tetelepa dengan suara emasnya - memuji Tuhan dengan lagu "Biji mata Tuhan"



Anak ini masih kecil, namun suaranya sungguh mengagumkan.



Ibu Merry sedang bersalaman dengan ibu ibu dari Pniel


Ibu Ibu di panti Jompo PNIEL..


Para pianis MT Haryono II mendapat sambutan sangat hangat..









2 komentar:

Anonim mengatakan...

koq ga ada gambarnya? Ini test calon ketua MT 2 atau tes calon istri baru?

Anonim mengatakan...

Saya juga setahun lalu natal disini bersama rombongan sekolah.next time saya akan ke Pniel lagi untuk kunjungan gereja.Itu namanya Jelfan yang suaranya top markotop itu di gambar atas.gbu